Kosabangsa 2025: Inovasi Kampus Hadir di Tengah Masyarakat, Jawab Tantangan Daerah

Kosabangsa 2025: Inovasi Kampus Hadir di Tengah Masyarakat, Jawab Tantangan Daerah

Humas Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi 21 Aug 2025

Jakarta—Perguruan tinggi di Indonesia tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga agen perubahan yang hadir langsung di tengah masyarakat. Menguatkan hal ini, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Penelitian Dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, menandatangani kontrak pelaksanaan 118 program Kosabangsa bersama Perguruan Tinggi Negeri dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) pada Kamis (21/08) di Jakarta.

Program Kosabangsa melibatkan 75 perguruan tinggi pelaksana dan 46 perguruan tinggi pendamping, yang bekerja dalam ekosistem kolaboratif untuk menjawab tantangan bangsa, mulai dari stunting, kemiskinan ekstrem, hingga penguatan ekonomi lokal di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Kemdiktisaintek mengalokasikan Rp30 miliar untuk mendukung pelaksanaan Kosabangsa yang tersebar di 24 provinsi dan 63 kabupaten/kota untuk tahun anggaran 2025.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, Fauzan Adziman, menegaskan bahwa Kosabangsa adalah gerakan sosial berbasis inovasi.

“Imlementasi Kosabangsa adalah bagaimana kampus membawa ilmu pengetahuan dan teknologi ke masyarakat untuk menjawab masalah hari ini serta membangun solusi yang berkelanjutan. Harapannya, masyarakat merasakan langsung manfaat yang konkret,” ujarnya.

Dirjen Fauan juga menyampaikan harapan agar pada Konvensi Sains dan Teknologi Industri (KSTI) berikutnya, capaian dan hasil dari program ini dapat diangkat secara lebih luas.

Salah satu contoh nyata hadir di Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana konsorsium  yang terdiri dari kolaborasi perguruan tinggi lintas wilayah, bekerja sama dengan LLDIKTI dan pemerintah daerah dalam program terpadu penanggulangan stunting. Inisiatif ini tidak hanya berbicara soal kesehatan, tetapi juga menyentuh aspek pangan, budaya, hingga lingkungan, sehingga solusi yang dihasilkan lebih terintegrasi

Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana, menambahkan bahwa keberhasilan Kosabangsa ada pada kolaborasi lintas sector.

“Harapannya, pendekatan seperti ini dapat diterapkan pula di LLDIKTI lain bersama pemerintah daerah masing-masing untuk memetakan potensi kerja sama. Kuncinya adalah merumuskan problem statement yang jelas sehingga program benar-benar menjawab kebutuhan riil masyarakat dan selaras dengan prioritas nasional,” ujarnya.

Direktur Ketut juga menjelaskan, program ini telah mencakup sekitar 77% wilayah Indonesia, dengan melibatkan 24 provinsi dengan berbagai model kerja sama yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Kepala LLDIKTI Wilayah XV, Adrianus Amheka, menegaskan bahwa manfaat Kosabangsa langsung dirasakan di daerah.

“Di NTT, misalnya, program ini membantu kami menjawab isu stunting yang menjadi perhatian utama pemerintah daerah. Pelaksanaannya tentunya tidak lepas dari dukungan perguruan tinggi pendamping, pemerintah pusat maupun daerah, serta masyarakat,” katanya.

Senada, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Lukman, menyambut baik langkah ini sekaligus menekankan pentingnya peran LLDIKTI sebagai penghubung antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah.

“Perguruan tinggi yang sebelumnya ragu kini lebih percaya diri karena pelaksanaannya terukur dan terpantau. Harapan kami, pada akhir tahun ini konsep kampus berdampak benar-benar dapat terimplementasi dengan baik melalui Program Kosabangsa,” ujarnya.

Lukman juga menambahkan bahwa salah satu isu yang relevan untuk diangkat melalui program ini di Jawa Barat adalah permasalahan pengelolaan sampah daerah, yang membutuhkan solusi inovatif sekaligus kolaboratif dari perguruan tinggi bersama mitra di daerah.

Program Kosabangsa tahun ini juga menyasar pengembangan ekonomi kreatif, energi terbarukan, ekonomi biru, hingga swasembada pangan. Dari Aceh hingga Papua, mahasiswa dan dosen akan mendampingi masyarakat mengembangkan potensi lokal, sehingga terbentuk kemandirian ekonomi berbasis inovasi.

Kosabangsa 2025 menjadi bukti bahwa sains dan teknologi tidak berhenti di ruang akademik, tetapi tumbuh menjadi gerakan pembangunan inklusif. Dengan melibatkan kampus, LLDIKTI, pemerintah daerah, dan masyarakat, program ini diharapkan melahirkan solusi berkelanjutan bagi pembangunan daerah dan nasional.

Humas

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi


#DiktisaintekBerdampak

#DiktisaintekSigapMelayani

#Pentingsaintek

#Kampusberdampak

#Kampustransformatif